Apa itu Inflasi? Apa saja jenisnya dan apa dampaknya untuk kita semua?

 



Inflasi adalah kenaikan dari harga barang, kebutuhan pokok dan jasa secara umum atau terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu. Artinya, dengan nilai uang yang sama, kamu juga bisa membeli barang yang sama, tapi dapatnya lebih sedikit dibandingkan waktu sebelumnya. Dalam arti bahasa sehari-hari ialah, harga barang menjadi lebih mahal.


Contoh pertama: sekarang kamu bisa membeli 1 porsi bakso dengan harga 10k perporsinya. Lalu tahun depan, harga bakso mulai berubah menjadi 12k perporsi, dan tahun berikutnya harganya naik lagi menjadi 15k perporsi. Itu artinya terjadinya Inflasi disini.


Contoh kedua: sekarang kamu membeli bakso dengan harga 10k perporsinya. Kamu dapat 1 bakso besar dan 5 bakso kecil. Lalu saat kamu membeli bakso lagi di tahun depan, harganya tetap sama yaitu 10k perporsinya. Tapi, kamu hanya dapat 1 bakso besar dan 3 bakso kecil.


Itulah yang disebut dengan Inflasi. Nilai uang yang kamu miliki tetap sama, tapi barang yang kamu dapatkan semakin sedikit.


Kenapa Inflasi bisa terjadi?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi:


1. Meningkatnya permintaan atau kebutuhan.

Ketika permintaan atau kebutuhan suatu barang meningkat, tapi jumlah stock barang yang tersedia lebih sedikit. Maka penjual bisa menaikan harga penjualannya.


Contohnya: Gas elpiji alias gas melon. Hampir semua orang di Indonesia membutuhkan gas hijau tersebut. Tapi, disaat stock yang tersedia hanya sedikit. Para warga mulai rebutan untuk mendapatkannya, bahkan ada yang sampai mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan gas tersebut. Karna stocknya yang sedikit, barangnya pun mulai menjadi langka. Maka para penjual bisa langsung menaikkan harga penjualannya.


Kenapa ini bisa terjadi? Ada beberapa kemungkinan, misalnya ada oknum yang suka menimbun gas hijau tersebut agar menjadi langka dan inflasi alias kenaikan harga pun terjadi. Di saat harga mulai naik, para oknum itu akan langsung menjual semua hasil timbunan mereka dan mereka akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.


2. Kenaikan biaya produksi.

Disaat bahan baku dan upah mulai meningkat. Maka produsen akan menaikan harga penjualan mereka untuk mempertahankan keuntungan.


Misalnya, kalian punya 5 karyawan yang bekerja. Tahun ini gaji mereka 3jt perorangnya, lalu tahun depan gaji mereka menjadi 4jt perorang. Sedangkan, keuntungan yang kalian dapat tidak bertambah. Maka, kalian pasti akan menaikkan harga penjualan untuk menjaga agar keuntungan yang kalian dapat tetap terjaga.


3. Meningkatnya jumlah uang yang beredar.

Terlalu banyak uang yang beredar dalam perekonomian juga dapat membuat terjadinya Inflasi, yaitu penurunan nilai mata uang. Uang banyak, tapi jumlah barang dan jasa gak bertambah, malah produksi pangan yang berkurang.


Kalian pasti pernah mikir, kenapa pemerintah gak cetak uang yang banyak, terus dibagi-bagiin kerakyat yang membutuhkan atau digunain buat bayar hutang negara. Jika iya, maka kita sama. Saya juga pernah berpikir seperti itu. Tapi, ada alasan kenapa pemerintah kita tidak mencetak uang terlalu berlebihan.


Kita bisa ambil contoh dari negara Zimbabwe di awal tahun 2000-an.

Pemerintah Zimbabwe saat itu banyak mencetak uang baru buat nutupin hutang negara dan membayar gaji. Tapi, masalahnya barang dan jasa nggak bertambah, malah produksi pangan mereka yang menurun. Akhirnya, harga mulai menjadi gila-gilaan.


Pada tahun 2008, inflasi Zimbabwe terjadi yang jika dihitung bisa sampai 79,6 miliar persen. Saking parahnya, ada uang kertas 100 triliun dollar Zimbabwe, tapi cuma cukup buat beli sepotong roti. Kalian harus bawa alat dorong seperti gerobak, tas besar, atau kereta besi untuk membawa uang sebanyak itu hanya untuk mendapatkan sepotong roti atau 3 butir telur.


Kalian bisa bayangin sendirikan? Gimana jika nantinya pemerintah kita mencetak uang terlalu banyak atau berlebihan. Itu bisa memperburuk negara kita.



Apa dampaknya jika terjadi Inflasi?

Daya beli masyarakat menurun. Dulu uang Rp.100.000 bisa dapat banyak, sedangkan sekarang dengan uang Rp.100.000 dapatnya lebih sedikit dibanding 5 tahun lalu.

Investasi juga bisa terganggu kalau inflasi terlalu tinggi. Tapi, Inflasi kecil yang terkendali justru normal, tandanya ekonomi masih bergerak.


Inflasi juga ada tingkatnya dari yang ringan sampai yang parah.


1. Inflasi ringan.

Kenaikan harga < 10% per tahun.

Itu masih sangat wajar, artinya ekonomi tetap berjalan normal.

Contoh: harga barang naik 2–5% per tahun → itu normal banget. Artinya kenaikan harganya tidak terlalu berasa karna naiknya sangat sedikit.


2. Inflasi berat.

Kenaikan harga 30%–100% per tahun.

Orang mulai panik, tabungan cepat habis, bisnis terganggu.

Misalnya: sekarang 1kg beras seharga 15k perkilonya. Lalu tahun depan terjadi inflasi 30%, itu artinya harga 1kg beras menjadi 19k atau 20k perkilonya. Kenaikan harganya sangat terasa dan sangat berat bagi rakyat yang sedang mengalami masalah ekonomi.


3. Hiperinflasi.

Kenaikan harga > 100% per tahun (bahkan ribuan persen).

Uang nyaris nggak ada nilainya.

Contohnya: Zimbabwe yang tadi saya jelaskan diatas. Bukan hanya Zimbabwe, ada negara lain juga yang mengalami inflasi parah tersebut seperti Venezuela.



Kesimpulannya:

Inflasi adalah kenaikan harga barang, bahan pokok, dan jasa yang kita butuhkan. Jika terjadi Inflasi ringan, itu tidak buruk karna artinya ekonomi negara kita tetap berjalan lancar. Jika terjadi Inflasi berat atau bahkan Hiperinflasi, kalian harus tau bagaimana cara menjaga uang kalian agar selamat dari Inflasi berat seperti ini.


Sekian informasi dan edukasi dari saya.

Wassalamualaiku.